Langsung ke konten utama

'Beban Ganda' Bagi Indonesia

Siapa yang mati gaya gara-gara berbulan-bulan di rumah terus?? 

*angkat tangan sendiri*

Jadi kan ayah gue dulu emang sering ngerekam-rekam gitu dan rekaman-rekamannya masih ada sampe sekarang huhu terharu banget😭Gara-gara karantina ini belakangan hari gue jadi bongkar-bongkar rekaman handy cam lama dari 15 dan 16 tahunan yang lalu. Sumpah taunya gue culun maksimal dulu hahahah kacau kacau.... Gue jadi bisa liat masa kecil pas rambut gue masih rambut batok gitu lol kalo nggak ada rekamannya kan mana pernah mau ngaku kalo gue pernah seculun itu haha.

Ini nih salah satu highlight rekaman gue yang bakal gue obrolin kali ini.
Dulu gue sekeluarga sempet tinggal di Banjarmasin dan kalo lebaran nggak bisa balik ke Jawa akhirnya kita jalan-jalan ke kota lain di sana, kebetulan waktu itu kita mau ke Palangkaraya. Waktu gue liat videonya, ternyata hampir sepanjang rekaman tuh jalanannya dipenuhin asap gara-gara kebakaran hutan. Btw gue dulu sebenernya paling sebel sih kalo lagi nonton part ini karena isinya tuh abang gue cuma nge-shooting jalanan doang brouu mana abu-abu semua lagi pemandangannya. Tapi makin gede makin terbuka pikiran gue dan gue sadar kalo inituh sebenernya sebuah masalah besar lho.



Ini sepanjang jalan kanan kiri bener-bener hutan yang kayak hangus gituu dan asepnya juga keliatan di jalanan, based on the video sih. Gue nggak begitu inget aslinya kayak apa soalnya gue baru 3 tahun kan waktu itu. Tapi dari rekaman ini akhirnya gue tau kalo kebakaran hutan tuh udah jadi masalah dari dulu, dan gue pernah menyaksikan itu! #sedih

Apa yang Terjadi Waktu Itu?

Karena gue nggak inget sama sekali apa yang exactly terjadi, akhirnya gue googling data-data tentang karhutla tahun 2005 di Indonesia. Dari data Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam sih angka luas kebakaran hutan di tahun 2005 nggak sebanyak tahun-tahun sebelumnya.
Luas Kebakaran Hutan di Kalimantan 1997 - 2005

Nah gue makin penasaran nih sebenernya angka kebakaran hutan dan lahan di Indonesia makin kesini makin turun apa justru tambah naik, sih?


Ini dia jawabannya. Ternyata angka karhutla di Indonesia tuh fluktuatif, yang paling parah dan fenomenal sih yang tahun 2015 itu ya. Waktu itu juga tercatat ada puluhan ribu titik api yang muncul. Setelah 2015 memang angkanya turun, sempat sampai di bawah 500 ribu hektar di tahun 2017 tapi setelah itu naik lagi baik dari angka luas lahan yang terbakar dan jumlah titik api. Semoga angkanya akan terus menurun yaa!! 

Karhutla dan Pandemi 2020

Ngomongin tentang ini, gue sebelum-sebelumnya gapernah kepikiran lho tentang hubungan karhutla dengan Covid-19 ini. Nah kebetulan dua hari lalu gue sempet dengerin podcast dari Kantor Berita Radio (KBR) tentang Kemarau dan Ancaman Karhutla di Tengah Pandemi bersama Kasubdit Pencegahan Karhutla-Direktorat PKHL, Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim, KLHK, Anis Aliati dan Guru Besar Perlindungan Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Prof Bambang Hero Saharjo serta Dokter Spesialis Paru, dr. Feni Fitriyani. Di podcast ini mereka ngebahas tentang gimana kasus kebakaran hutan dan lahan ini berdampak buruk bagi kesehatan, terutama di tengah pandemi Covid-19 yang terjadi sekarang ini. Seperti yang kita tau, kan ada beberapa kelompok masyarakat yang lebih rentan terkena virus corona, yaitu anak-anak, ibu hamil, orang-orang dengan penyakit kronik, dan lansia. Kalau kita lihat, kelompok masyarakat yang rentan terkena virus corona itu juga merupakan kelompok masyarakat yang rentan terkena penyakit akibat asap karhutla. Wow, gue langsung kayak "wah iya juga ya,.. " #Telat amat brou sadarnya. 

Selain itu, kata Reynold Panettieri, M.D., seorang spesialis paru-paru dan wakil rektor untuk translational medicine and science di Rutgers University, AS, virus SARS-CoV-2 ini bisa secara agresif nyerang saluran pernafasan manusia, dan dia bisa bikin paru-paru si penderitanya ini rusak. Nah, dengan kondisi paru-paru yang buruk ini lah masyarakat bakal lebih mudah / rentan terserang dan nge-develop penyakit-penyakit lain, apalagi ditambah kondisi udara yang penuh asap ini. Makanya, dokter Feni sampai menyebut ini sebagai ‘beban ganda’ bagi masyarakat Indonesia. Selain harus berlindung dari virus corona, kita juga harus berlindung dari bahaya asap karhutla.

Hutan dan Manfaatnya

Kita harus bangga lhoo jadi orang Indonesia dengan segudang kekayaan alamnya, termasuk hutan. Di tahun 2018, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan kalo luas hutan di Indonesia tercatat sebesar 125,9 juta hektar. Dengan angka segini, Indonesia masuk ke dalam deretan 10 negara dengan hutan terluas! Mantepp~~
Sumber : https://www.fs.fed.us/foresthealth/
Terus dengan hutan seluas ini, Indonesia dapet apa sih? Tanpa kita sadari, sebenernya hidup kita tuh bergantung banget lho sama hutan, dari udara yang kita hirup sampai makanan yang kita konsumsi setiap hari. Dari informasi yang gue kutip dari WWF, kita dapet banyaakk banget manfaat dari hutan selama kita hidup, seperti:
  1. Hutan itu tempat / gudang penyimpanan carbon terbesar setelah lautan. Maksudnya apa? Jadii si hutan ini punya kemampuan buat nyerap karbon-karbon yang ada di atmosfer dan gas-gas beracun rumah kaca lain yang bisa menyebabkan perubahan iklim. Di hutan tropis aja, seperempat triliun ton karbon bisa disimpan loh. Tapi nih, sekalinya hutan ini dirusak gara-gara aktivitas kayak penebangan liar, pembukaan lahan untuk kepentingan ekonomi, misalnya, si hutan ini bakal ngeluarin karbon dioksida dan gas-gas rumah kaca lain ke atmosfer dalam jumlah yang banyak. Ngeri kan!
  2. Hutan juga nyediain jasa yang berguna banget buat kelangsungan hidup manusia, contohnya:
  • Menyediakan air bersih yang bisa kita pake buat minum, mandi, dan keperluan rumah tangga lain.
  • Melindungi daerah aliran sungai dan mengurangi atau memperlambat jumlah erosi dan bahan kimia yang mencapai saluran air
  • Menyediakan makanan dan obat2an
  • Sebagai penyangga dalam bencana alam seperti banjir dan curah hujan
  • Sebagai habitat untuk lebih dari separuh spesies daratan
Dengan segudang manfaat yang ditawarkan sama hutan gini, kita beneran masih mau menyia-nyiakannya? Huft

Apa Sih yang Bikin Karhutla Terjadi?

Kenapa ya kasus kebakaran hutan dan lahan ini selalu jadi masalah di Indonesia? Padahal kata Prof. Dr. Tukirin, peneliti Pusat Penelitian (Puslit) Biologi LIPI, ekosistem hutan tropik tuh sebenernya nggak bisa lho terbakar secara alami, di iklim kering sekalipun. Tapi gara-gara pengelolaan hutan yang nggak bener akhirnya bikin kelembaban udara di sekitar hutan itu turun terus kanopi-kanopi hutan yang jadi ciri khas hutan tropik tuh makin kebuka jadi serasah plus material reruntuhan di tanah jadi kering. Nah, bahan-bahan runtuhan yang kering ini nih si biang kebakarannya. Gitu

Kaget nggak sih kalau ternyata hampir 99% dari kasus karhutla itu terjadi gara-gara hutannya dibakar sengaja sama manusia? Dor! Samaa gue juga kaget! Jadi waktu Februari lalu, Pak Jokowi ngasih tau kalau ternyata hampir 99% karhutla itu dilakukan dengan sengaja oleh pihak-pihak nggak bertanggung jawab! Menurut ibu sih memang sebagian besar karhutla ini penyebabnya ya aktivitas manusia, seperti kegiatan pembukaan lahan tapi caranya dengan pembakaran yang nggak terkendali oleh oknum-oknum masyarakat atau korporasi. Biasanya pembukaan lahan ini dilakukan untuk menambah lahan budidaya atau lahan pemukiman

Terus, Apa Aja Kerugian dari Karhutla?

Menurut Pak Bambang melalui podcast KBR tentang Ancaman Karhutla di Tengah Pandemi, si Karhutla ini bisa menyebabkan kerugian di beberapa bidang, antara lain:


1. Kesehatan
Udah nggak diragukan lagi sih kalau karhutla bisa ngasih dampak langsung buat kesehatan orang-orang sekitar. Penyakit yang paling umum terjadi itu Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), asma, dan iritasi mata serta kulit. Menurut dokter Feni, Kunjungan-kunjungan ke rumah sakit akibat pasien-pasien penyakit kronik pun angkanya meningkat. Bahkan waktu 2015 ada dua puluh orang meninggal gara-gara si karhutla ini. Emang sebahaya itu ya asapnya?

Iya! Di tahun 2015, Indonesia melakukan penelitian tentang asap buangan karhutla di Kalimantan Tengah bareng sama beberapa peneliti dari universitas di Amerika. Nah dari penelitian ini didapet data kalau di asap buangan karhutla ini terdapat 90 macam gas dannnnn hampir 50 gasnya itu termasuk gas beracun!  Peneliti juga menemukan apabila sistem pengelolaan hutan dan gambut tidak mengalami perbaikan, maka akan terjadi 36 ribu kematian akibat kabut asap kebakaran hutan setiap tahunnya.

Ngomongin tentang asep nih gue jadi keinget rekaman yang tadi gue omongin di awal. Karena penasaran, gue coba iseng-iseng ngebandingin rekaman kondisi jalan ditengah kebakaran hutan sama kondisi jalan biasa di hari yang sama.

Keliatan kan perbedaannya?

2. Lingkungan
Udah bisa keliatan dong kalau karhutla ini pasti bikin kualitas udara memburuk. Nggak cuma bikin sesak nafas dan nurunin jarak pandang aja, asap-asap dari karhutla ini bisa micu kenaikan emisi gas rumah kaca. Tau kann bahayanya kalau gas rumah kaca meningkat dampak buruk buat bumi gimana? T.T

Climate Conference yang diadain di Madrid tahun lalu juga ngebahas tentang hal ini nih. Katanya, emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari karhutla di tahun 2019 lalu angkanya udah mendekati emisi gas rumah kaca yang dikeluarin di tahun 2015. Dan kalian tau kan, kebakaran hutan di tahun 2015 tuh parahnya kayak gimana? Parahnya lagi, eskalasi angka segitu dihasilkan cuma dalam rentang waktu 1 ½ bulan! (awal Agustus - pertengahan September). Padahal, kata Pak Bambang Indonesia udah pasang target kalau di 2030 emisi gas rumah kaca harus berkurang sebesar 29%

3. Ekonomi
Bidang ekonomi juga nggak luput dari lahapan kasus karhutla. Di tahun 2015, Indonesia harus menanggung kerugian lebih dari 200 triliun rupiah untuk menangani kasus karhutla hebat yang terjadi waktu itu. Tahun ini pun, mungkin Indonesia harus sedikit berhemat karena fokus pemerintah terbagi dengan adanya pandemi Covid-19 ini. Terjadi sebuah re-focussing anggaran karena anggaran yang tadinya terfokus untuk kasus karhutla harus terpecah untuk membantu penanganan pandemic Covid-19
Tapi tenaang~~ Walaupun anggaran berkurang, Bu Anis bilang kalau tim nya bakal tetep mengoptimalkan upaya pencegahan dan penanggulangan karhutla kok! Kampanye-kampanye, sosialisasi, pelayanan publik, bahkan pemadaman api bakal tetep dilaksanain dengan memperhatikan protokol Kesehatan. Hebattt!

Apa yang Harus Kita Lakukan?

P e n c e g a h a n!

Kata pak Bambang, kunci dari semua masalah ini tuh sebenernya ya pencegahan itu. Pemerintah nggak akan sanggup mengatasi hal ini sendiri tanpa bantuan dari semua pihak. Misalnya, KLHK melakukan patroli terpadu bersama warga sekitar terutama di wilayah-wilayah yang rawan terjadi hot spot atau titik api, serta bekerja sama dengan TNI AU untuk melakukan modifikasi cuaca dalam menghadapi kemarau yang bertujuan untuk memperpanjang hari basah. Selain itu, buat para korporasi yang memang terpaksa membuka lahan, diharapkan bisa lebih responsible dalam mengelola lahan tersebut sehingga karhutla dapat dicegah

Nah makanya, biar semuanya berjalan efektif, kita juga sebagai masyarakat harus selalu mendukung dan bersinergi untuk fokus merealisasikan kebijakan-kebijakan yang ada. Percuma kalau pemerintah dan jajaran di bawahnya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi masalah ini kalau kita sebagai masyarakat nggak ikut serta mendukungnya. Jangan bandel keluar rumah cuma buat nongkrong, nggak pake masker, nggak dengerin anjuran pemerintah. Lebih baik lagi kalau kita sama-sama nyebarin awareness dan informasi tentang bahaya karhutla yang terjadi sekarang ini. Tujuan bangsa Indonesia cuma dapat dicapai kalau kita semua mau bekerja sama, kan?


Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog "Perubahan Iklim" yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini 



Referensi:
http://fwi.or.id/publikasi/fakta-hutan-2005/2/ 
https://www.google.com/amp/s/bisnis.tempo.co/amp/1235334/riset-harvard-university-asap-kebakaran-hutan-ancam-36-ribu-jiwa
http://lipi.go.id/siaranpress/lipi-paparkan-hasil-penelitian-kebakaran-hutan-di-indonesia/13734
https://edition.cnn.com/2020/05/19/health/coronavirus-recovery-long-journey-wellness/index.html
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/16/berapa-luas-kebakaran-hutan-dan-lahan-di-indonesia

Diakses pada tanggal 18 Juni 2020














Komentar

Postingan populer dari blog ini

Volunteering during The Pandemic

I was soo shocked i immediately turned on my laptop and wrote this blog. I just read a news saying that the number of positive cases of Covid-19 here in my country has reached up to 5000. This is c r a z y. The number escalated quickly from 4000 to 5000 in just 3 days. I don't know who to blame here as i don't have the capacity to talk about it but this increasing number of cases sure worries the hell out of me. Due to this issue, the head of my housing complex implemented a 'local lock down' as a way to help to stop the spreading of the virus. Under no circumstances are outsider allowed to enter my neighborhood, and vice versa. With this kind of situation, we often question ourselves: what can i do to help us against this virus? By simply staying at home, reducing the frequency of meeting people, washing our hand, we can contribute in fighting against the virus. But how can we help people in need -Those who suffer from the pandemic as they got an unpaid leave or b...

Icherisheher: A Living Museum That Will Take You Some Steps Back in Time

Talking about cultures, Baku is one example of how different influence could lead to a varied cultural heritage. It is Azerbaijan’s most eastern point and capital city that is situated on the western shore of the Caspian Sea. As one of the cities that lies on the Great Silk Road, Baku was one busy area for it became the hub between the western and the eastern world. The fact that Baku is located 28 meters below sea level makes it the lowest lying capital city in the world. Situated at the Crossroad of Europe and Asia, throughout its development, Baku gained a lot of influences from both Europe and Asia. No wonder that it possesses a wide range of variety of cultures. Baku, The City of Winds, is one of the centers of Azerbaijan’s culture. As if it were a sea clam, Baku stores its precious hidden pearls: myriads of hidden cultures. One thing that is very interesting from Baku is how two places that seem to come from two different centuries coexisted, in one city. It feels like we are ...

The Present

 Hello,  I hope this letter finds you well.   It's 7.30 in the morning, I have my coffee with me right now, a kind of coffee you would never have imagined. I’m planning to stay in my house all day as there is going to be a big rain today. The weather forecast has improved a lot in ten years, by the way. That’s why I kind of feel like writing a letter to you. I'm sipping my coffee, preparing for my breakfast, watching the news, and shopping for groceries while writing this letter. Don't ask me how I do that. You will find it out yourself. You know what? I've rarely heard anything about corruption on the news lately, but racism is still an issue even up to this day. *sigh*   Sitting on my bed looking outside my automated window, I realize that we are seeing a different world at the moment. The wooden window that you're opening right now is not here anymore, mate. No, I’m not seeing the green sawah (rice fields in Indonesia) you're seeing from your bedroo...